Thursday, May 21, 2015

AYAM “BANG TOYIB” BERTELUR JUA



“Bang Toyib” merupakan judul lagu yang begitu ngetrend ditelinga kita semua, dimana disalah satu bait lagu tersebut berisi tentang seseorang yang tidak pulang-pulang lebih dari tiga tahun, tiga kali puasa dan tiga kali lebaran. Judul lagu ini sangat cocok pula kita samakan dengan perjalan program PLPBK di desa Kubang Utara Sikabu Kecamatan Lembah Segar Kota Sawahlunto yang memakan waktu yang lebih kurang sama dengan judul diatas.
Secara topografi desa ini dikelilingi oleh perbukitan dan hutan belantara, dengan luas wilayah ±1.138 Ha. Penduduk Desa ini berjumlah 1059 jiwa dengan 309 KK, dan mayoritas pekerjaan masyarakat disini adalah petani, tukang dan pedagang. Di desa ini juga terdiri dari 6 Dusun, yaitu Dusun Air Gantang, Dusun Pondok Batu Dalam, Dusun Padang Elok, Dusun Mata Air, Dusun Luak Badai dan Dusun Sumpahan.
Desa ini mulai mendapatkan program P2KP/PNPM-MP tahun 2006 yang lalu dan terbentuklah organisasi BKM Nurul Ikhlas untuk memfasiltasi keberadaan serta eksistensi perjalanan program P2KP/PNPM-MP di tengah masyarakat. Pada tahun 2008 BKM Nurul Ikhlas merupakan salah satu desa yang mendapatkan program penanggulangan kemiskinan terpadu (PAKET) di Kota Sawahlunto yang saat itu cuma 4 desa yang meraih program tersebut. Salah satu indikasi dan syarat mendapatkan program PAKET adalah tingkat pengembalian dana bergulir atau Repayment Rate (RR) harus diatas 90%. Semenjak adanya kegiatan dana ekonomi bergulir memang desa ini merupakan satu-satunya yang RR selalu 100% dari empat desa yang mendapatkan PAKET di tahun  tersebut.
Sesuai dengan tingkat perkembangan dan intervensi program tentulah BKM ini bisa untuk diajukan pada program lanjutan di PNPM-MP yaitu penataan lingkungan pemukiman berbasis komunitas (PLPBK), karena desa ini telah mendaptkan program reguler dan PAKET. Pada tahun 2009 akhirnya BKM Nurul Ikhlas berhasil mendapatkan program PLPBK tersebut, bersamaan juga dengan dua desa lagi yakni Balai Batu Sandaran dan Kolok Nan Tuo di Kota Sawahlunto.
Program PLPBK merupakan suatu program yang baru dilaksanakan di Kota Sawahlunto dan bahkan di lingkup Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2009 tersebut, dan tentulah banyak aturan dan standar operasional prosedur baru yang harus kita semua pelajari, pahami dan laksanakan supaya tidak menyalahi kegiatan PLPBK kedepannya. Banyak aturan dan prosedur yang belum biasa atau awam bagi kita semua misal saja masyarakat harus melakukan perekrutan tenaga ahli (TA) dan adanya konsultan pendamping tersendiri dimulai dari Korkot, Askot dan fasilitator (Faskel) untuk mendampingi program ini.
Seiring berjalannya waktu dan telah masuknya dana perencanaan 20% dari dana Rp.1Milyar, maka masyarakat mulai menyusun perencanaan untuk memanfaatkan dana PLPBK tersebut. dalam penyusunan perencanaan ini masyarakat desa Kubang Utara Sikabu mulai punya banyak ide dan rencana dimulai dari tempat pengolahan pertanian coklat, pembuatan sarana air bersih hingga akhirnya masyarakat mencapai kesepakatan bersama memanfaatkan dana PLPBK untuk pengembangan “kawasan peternakan ayam petelur” dan dalam penyusunan perencanaannya memakan waktu hampir 2 tahun (2009-2011) .
Dilihat dari konsep program PLPBK memang usulan masyarakat ini tidak mencerminkan penataan pada sebuah kawasan pemukiman yang kumuh atau banyak masyarakat miskin. Namun karena program ini sangat baru di jalani dan bisa dikatakan pada tahap uji coba (pilot) di Sawahlunto dan Provinsi Sumatera Barat. Setelah masyarakat memfinalkan penyusunan perencanaan untuk kawasan ayam petelur barulah banyak muncul kritik dan saran untuk supaya bisa mengakaji ulang perencanaan masyarakat tersebut dari berbagai pihak. Kalau kita bicara masalah dalam proses perencanaan mungkin di desa ini yang paling komplek permasalahan dari tiga desa yang mendapatkan PLPBK di Sawahlunto, tetapi kita tidak akan membahas masalah tersebut satu persatu, sebab kata pepatah “Nasi Telah Menjadi Bubur” dan kita tidak bisa mencari ini salah siapa dan ini dosa siapa? yang pasti kita harus bisa menjadikan “Bubur” tersebut dikemas dan dijadikan makanan serba guna kedepannya.
Setelah masyarakat selesai dalam tahap perencanaan maka ada satu lagi masalah besar yang harus bisa dicarikan solusinya yakni tidak adanya kepastian tentang kelanjutan dana BLM kedua (50%) dan BLM ketiga (30%) untuk pelaksanaan kegiatan fisik untuk desa ini, sementara dua desa lagi telah melaksanakan dan memanfaatkan dana Fisik tahap 50% pada akhir tahun 2010. Apa alasan pastinya kami pun tidak mengetahui penyebab keterlambatan pencairan BLM 2 (fisik) tersebut.
Akhirnya pada tahun awal tahun 2012 barulah dana BLM 2 (50%) dicairkan dan masyarakat mulai melakukan kegiatan fisik dari perencanaan kawasan ayam petelur yang diawali dengan pembukaan jalan menuju areal peternakan ayam petelur yang menggunakan alat berat dan dilanjutkan pada kegiatan pembangunan kandang ayam dan fasilitas pendukungnya. Untuk BLM 3 (30%) dilaksanakan pada akhir tahun 2013 yang lalu yang dananya digunakan  untuk peningkatan jalan rabat beton, pembuatan saluran dan dinding penahan. (untuk data kegiatannya lengkap fisiknya dapat kita lihat pada tabel berikut)
Kegiatan
Dana BLM (Rp)
Pembukaan Jalan Menuju Kawasan Dengan Alat Berat
46.169.000,00
Pemb. Gudang dan Kantor
114.800.000,00
Pemb. Kandang Ayam Petelur
239.031.000,00
Pemasangan Jaringan Listrik
10.000.000,00
Penyempurnaan Fisik Kandang Ayam
65.360.000,00
Pemb. Jalan Beton, Didning Penahan dan Saluran
90.000.000,00
Pemb. DAM Keliling Kandang
173.491.000,00
Pemb. Plat Duiker, Pemb. Ipal, Rumah Kotoran Ayam
126.509.000,00

Setelah semua kegiatan fisik selesai dilaksanakan pada bulan maret Tahun 2014 ini, maka masyarakat mulai melakukan pengisian ayam petelur tersebut. Dan untuk di awal pengisian ini baru di isi sebanyak 150 ekor ayam pada bulan Mei yang lalu dan akhirnya pada pertengahan Bulan Juli “Ayam Petelur Bang Toyib” telah mulai berproduksi dan saat ini telah mencapai tingkat 85% dari ayam tersebut bertelur setiap harinya. Untuk pengisian ayam selanjutnya direncanakan dari dana program PPMK yang mana desa ini disulkan juga pada tahun 2014 ini. Jumlah dana Rp. 100 Juta dari program PPMK tersebut diperkirakan dapat menambah sekitar 1.000 ekor ayam lagi yang nanti akan di kelola oleh masyarakat (PS2) yang tergabung dalam KSM. Dengan adanya kolaborasi program PNPM-MP terutama PLPBK dengan PPMK di desa Kubang Utara Sikabu ini mudah-mudahan masalah kemiskinan dapat diatasi sedikit demi sedikit. Amin yarabal alamin...( OC 1 Sumbar )


Oleh:
Parima Mulyandi, Am.D
SF Tim 2.03 Sawahlunto
 

No comments:

Post a Comment

Blogger news